SEPUTAR DIABETES
1.
Definisi
Diabetes
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan
atau mengalihkan” (siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang
bermakna manis atau madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu
yang mengalirkan volume urine yang banyak dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes
melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan ketidakadaan
absolute insulin atau penurunan relative insensitivitas sel terhadap insulin
(Corwin, 2009)
Diabetes Militus (DM) merupakan salah satu jenis penyakit
tidak menular yang menjadi momok bagi semua orang. Derita yang dihadirkan dari
penyakit ini sungguh luar biasa. Tak hanya rasa sakit, tapi diabetes juga mampu
meluluh lantahkan kepercayaan diri penderitanya. Betapa tidak, luka yang tampak
mengerikan dapat timbul akibat penyakit ini, kadang disertai dengan bau busuk.
Tidak jarang, luka ini harus berakhir dengan tindakan amputansi. Merelakan
anggota tubuh untuk hilang, lalu hidup sebagai manusia tidak sempurna pastilah
akan menjadi mimpi buruk bagi siapa saja (Agung, 2016).
Berdasarkan
pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa diabetes adalah dimana keadaan seseorang
kelebihan volume urine dengan kadar glukosa
tinggi, yang ditandai dengan ketidakadaan absolute insulin atau penurunan
relative insensitivitas sel terhadap insulin. Yang menyebab luka ganggren yang
bias berakibat pada pemotong anggota tubuh atau amputansi.
2.
Faktor penyebab
diabetes Tipe II
Adapun beberapa faktor penyebab
dari diabetes Tipe 2 (Atkins, 2016), antara lain :
1)
Berat
badan
Kelebuhan berat badan merupakan salah
satu faktor resiko terbesar yang menyuburkan perkembangan diabetes tipe 2.
2)
Kemalasan
Ada hubungan jelas antara kurang
berolah raga dengan pengembangan resistensi insulin
3)
Usia
Orang yang berusia di atas 45 tahun
sangat beresiko mengalami diabetes tipe 2.
4)
Riwayat
Keluarga
Jika orangtua atau saudara kandung
(terutama jika kembar) menderita diabetes tipe 2, maka akan memeiliki
kecendrungan terselubung untuk mengalami kondisi yang sama.
5)
Ras
Ini adalah kondisi genetik yang tak dapat
di hindari jika anda berasal dari keluarga asia selatan, china, afrika-karibia
atau penduduk afrika yang berkulit hitam, maka akan memiliki resiko lebih
tinggi untuk menderita penyakit tersebut.
3.
Menifestasi
klinik Diabetes Tipe II
Gejala awalnya berhubungan dengan
efek langsung dari kadar gula darah yang tinggi. Jika kadar gula darah sampai
diatas 160-180 mg/dL, maka glukosa akan sampai ke air kemih.
Jika kadarnya lebih tinggi lagi, ginjal
akan membuang air tambahan untuk mengencerkan sejumlah besar glukosa yang
hilang. Karena ginjal menghasilkan air kemih dalam jumlah yang berlebihan, maka
penderita sering berkemih dalam jumlah yang banyak (poliuri).
Akibat poliuri maka penderita merasakan
haus yang berlebihan sehingga banyak minum (polidipsi). Sejumlah besar
kalori hilang ke dalam air kemih, penderita mengalami penurunan berat badan.
Untuk mengkompensasikan hal ini penderita seringkali merasakan lapar yang luar
biasa sehingga banyak makan (polifagi).
Dengan memahami proses terjadinya
kelainan pada diabetes melitus tersebut diatas, mudah sekali dimengerti bahwa
pada penderita diabetes melitus akan terjadi keluhan khas yaitu lemas, banyak
makan, (polifagia), tetapi berat badan menurun, sering buang air
kecil (poliuria), haus dan banyak minum (polidipsia).
Penyandang diabetes melitus
keluhannya sangat bervariasi, dari tanpa keluhan sama sekali, sampai keluhan
khas diabetes melitusseperti tersebut diatas. Penyandang diabetes melitus
sering pula datang dengan keluhan akibat komplikasi seperti kebas, kesemutan
akibat komplikasi saraf, gatal dan keputihan akibat rentan infeksi jamur pada
kulit dan daerah khusus, serta adapula yang datang akibat luka yang lama sembuh
tidak sembuh (Atkins, 2016).
4.
Dampak
dari
Diabetes
Tipe II
Komplikasi
jangka lama termasuk penyakit kardiovaskular (risiko ganda), kegagalan
kronis ginjal (penyebab
utama dialisis), kerusakan retina yang dapat menyebabkan kebutaan, serta kerusakan saraf dan pembuluh darah yang dapat menyebabkan impotensi dan gangren dengan risiko amputasi. Komplikasi yang lebih serius lebih umum terjadi, bila
kontrol kadar gula darah buruk. Komplikasi berarti beberapa organ dan fungsi tubuh terganggu sekaligus (Atkins,
2016).
Menurut Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kemkes RI, penderita diabetes dapat
mengalami komplikasi sebagai berikut: 50.9 persen mengalami penurunan fungsi
seksual, 30.6 persen refleks tubuhnya terganggu, 29.3 persen retinanya terganggu
(retinopati diabetik), 16.3 persen mengalami katarak awal (lebih cepat terjadi
dari umur seharusnya). 50 persen penderita diabetes akan meninggal, karena
penyakit kardiovaskuler (Robinson, 2010).
5.
Penatalaksanaan Diabetes Tipe II
1. Edukasi
Edukasi pada penyandang diabetes
meliputi pemahamantentang perjalanan penyakit DM, perlunya pengendalian dan
pemantauan DM secara berkelanjutan, penyulit/komplikasi DM dan risikonya, dan
cara penggunaan obat diabetes/insulin. Selain itu, untuk mencapai pengelolaan
diabetes yang optimal pada penyandang DM dibutuhkan perubahan perilaku agar
dapat menjalani pola hidup sehat meliputi menurut (Perkeni,
2011):
a. Mengikuti pola makan sehat
b. Merningkatkan kegiatan jasmani
c. Menggunakan obat diabetes dan
obat–obatan pada keadaan khusus secara aman dan teratur
d. Melakukan pemantauan gula darah
mandiri
e. Melakukan perawatan kaki secara
berkala
f. Memiliki kemampuan untuk mengenal
dan menghadapi keadaan sakit akut seperti hipoglikemia.
2. Diet atau perencanaan makan
Perencanaan makan menggambarkan apa yang
dimakan, berapa banyak, dan kapan makan. Makanan sehari- hari hendaknya cukup
karbohidrat, serat, protein rendah lemak jenuh, kolesterol, sedangkan natrium
dan gula secukupnya. Karbohidrat adalah sumber zat tenaga dan zat
gizi utama yang menyebabkan kadar gula darah naik.
Kebutuhan karbohidrat pada penyandang
diabetes antara 45-65% kebutuhan kalori dengan asupan karbohidrat tersebar
dalam sehari, hindari makan karbohidrat dalam jumlah besar dalam satu kali
makan. Sumber karbohidrat yang dianjurkan adalah karbohidrat kompleks seperti
nasi, roti, mie, dan kentang. Batasi karbohidrat sederhana seperti gula, kue,
tarcis, dodol, sirup, dan madu. Serat merupakan bagian dari
karbohidrat yang tidak dapat diserap tubuh, rendah lemak serta berpengaruh baik
untuk kadar gula darah.
Makanan berikut yang mengandung banyak
serat makanan adalah havermout, kacang-kacangan, sayur-sayuran, dan buah-buahan
seperti apel, jeruk, pir, sirsak, jambu biji dan lain-lain. Protein digunakan
untuk pertumbuhan & mengganti jaringan tubuh yang rusak. Sumber protein
terdiri dari protein hewani & protein nabati.
Sumber protein hewani utama adalah ikan
atau ayam tanpa kulit oleh karena rendah kandungan lemaknya. Sumber protein
lemak sedang seperti daging atau telur sebagai pengganti protein rendah lemak
dapat dikonsumsi kira-kira 3x seminggu. Sedangkan sumber protein tinggi lemak
seperti otak, merah telur, dan jerohan perlu dibatasi.
Sumber protein nabati adalah kacang-kacangan
seperti kacanghijau, kacang merah, kacang tanah, kacang kedele, tahu, &
tempe. Kebanyakan makanan nabati rendah kandungan lemaknya dan mengandung lemak
tidak jenuh tinggi sehingga dapat membantu menurunkan kolesterol
darah. Sayuran merupakan bahan makanan yang sehat, tinggi kandungan
vitamin, mineral, dan serat. Sayuran boleh dimakan bebas tanpa dibatasi dan
dianjurkan mengkonsumsi aneka ragam sayuran. Buah-buahan juga
merupakan makanan yang sehat, selain berkalori juga merupakan sumber vitamin, mineral,
dan serat.
Dianjurkan makan buah 2 sampai 3 buah
sehari. Susumerupakan sumber protein, dan mengandung lemak, karbohidrat,
dan vitamin serta kalsium Penyandang diabetes dianjurkan minum susu yang tanpa
atau rendah lemak. Bagi yang menyukai susu dapat menggantikan 1 lauk hewani
dengan 1 penuh takar susu.
3. Latihan jasmani
Kegiatan jasmani sehari–hari dan
latihan secara teratur 3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit. Tujuan
latihan jasmani untuk menjaga kebugaran, menurunkan berat badan, dan
memperbaiki sensitivitas insulin sehingga akan memperbaiki kendali gula darah.
Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik
seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Hindarkan kebiasaan
hidup yang kurang gerak.
1.
Intervensi obat oral farmakologis
Terapi farmakologis diberikan bersama
dengan pengaturan makan dan latihan jasmani. Terapi farmakologis terdiri dari
obat oral & bentuk suntikan insulin. Saat ini terdapat 5 macam obat tablet
yang beredar di pasaran untuk menurunkan kadar gula darah. Beberapa obat yg
sering digunakan adalah:
a. Golongan insulin sekretagok
Obat ini bekerja dengan
cara merangsang pankreas untuk menghasilkan insulin. Obat ini merupakan pilihan
utama pada penyandang diabetes dengan berat badan kurang atau normal. Obat
golongan ini terdapat 2 jenis yaitu: golongan sulfonilurea dan glinid.
b. Golongan Biguanid
Obat yang termasuk golongan biguanid hanyalah
metformin. Obat ini terutama dipakai pada penyandang diabetes gemuk. Penggunaan
obat ini dikontraindikasikan pada gangguan fungsi ginjal & hati. Metformin
sebaiknya diberikan pada saat atau sesudah makan karena dapat menyebabkan mual
& iritasi pada lambung.
c. Golongan Glitazone
Cara
kerja obat ini adalah dengan membantu tubuh menggunakan insulin yang tersedia
sehingga lebih efektif. Penggunaan obat ini dikontraindikasikan pada mereka
dengan gagal jantung, penyakit hati akut, diabetes tipe 1, dan kehamilan.
d. Golongan Penghambat Alpha
Glukosidase (Acarbose)
Obat ini bekerja dengan
cara menghambat penyerapan glukosa di usus sehingga mempunyai efek menurunkan
gula darah sesudah makan. Obat ini hanya mempengaruhi konsentrasi gula darah
setelah makan. Efek samping yang sering terjadi pada penggunaan obat ini adalah
perut
kembung, sering buang angin, dan mencret.
e. Dipeptidyl peptidase-4 (DPP-4)
inhibitor
Pengobatan dengan golongan
ini merupakan pendekatan baru pengelolaan DM. Obat ini menghambat pelepasan
glukagon, yang pada gilirannya meningkatkan sekresi insulin, menurunkan
pengosongan lambung, dan menurunkan kadar glukosa darah. Beberapa obat golongan
ini sudah masuk di Indonesia sejak tahun 2007 antara lain vildagliptin dan
sitagliptin.
2.
Insulin
Insulin diperlukan pada keadaan seperti
penurunan berat badan yang cepat, komplikasi akut DM (hiperglikemia berat yang
disertai ketosis, ketoasidosis diabetik, hiperglikemia hiperosmolar nonketotik,
hiperglikemia dengan asidosis laktat), gagal dengan pengobatan obat diabetes
oral dosis optimal, kehamilan dengan DM, stress berat (infeksi sistemik,
operasi besar, stroke, dll), gangguan fungsi ginjal dan hati yang berat, dan
adanya kontra indikasi/alergi terhadap obat diabetes oral (I Gusti Agung, 2016)
3.
Pencegahan Diabetes
Ada 4 pilar pencegahan penyakit diabetes (WHO, 2014) :
a. Edukasi,
pasien harus tahu bahwa penyakit diabetes tidak dapat disembuhkan, Pengendalian
tetapi bisa dikendalikan dan pengendalian harus dilakukan seumur hidup.
b. Makanan,
jika input/masukan buruk, maka output/hasil akan buruk, demikian pula bila
makan melebihi diet yang ditentukan, maka kadar gula darah akan meningkat.
c. Olahraga,
diperlukan untuk membakar kadar gula berlebih yang ada dalam darah.
d. Obat,
hanya jika diperlukan, tetapi bila kadar gula darah telah turun dengan meminum
obat, bukan berarti telah sembuh, tetapi harus konsultasi dengan dokter apakah
tetap meminum obat dengan kadar yang tetap atau meminum obat yang sama dengan
kadar yang diturunkan atau minum obat yang lain.
6.
Komplikasi Diabetes
Tipe II
Menurut (Perkeni,2011)
komplikasi diabeter tipe 2 sebagai berikut:
1). Kerusakan saraf (Neuropathy)
Sistem saraf tubuh kita terdiri dari
susunan saraf pusat, yaitu otak dan sum-sum tulang belakang, susunan saraf
perifer di otot, kulit, dan organ lain, serta susunan saraf otonom yang
mengatur otot polos di jantung dan saluran cerna. Hal ini biasanya terjadi
setelah glukosa darah terus tinggi, tidak terkontrol dengan baik, dan
berlangsung sampai 10 tahun atau lebih.
Apabila glukosa darah berhasil
diturunkan menjadi normal, terkadang perbaikan saraf bisa terjadi. Namun bila
dalam jangka yang lama glukosa darah tidak berhasil diturunkan menjadi normal
maka akan melemahkan dan merusak dinding pembuluh darah kapiler yang memberi
makan ke saraf sehingga terjadi kerusakan saraf yang disebut neuropati diabetik
(diabetic neuropathy). Neuropati diabetik dapat mengakibatkan saraf
tidak bisa mengirim atau menghantar pesan-pesan rangsangan impuls saraf, salah
kirim atau terlambat kirim. Tergantung dari berat ringannya kerusakan saraf dan
saraf mana yang terkena.
2). Kerusakan ginjal (Nephropathy)
Ginjal manusia terdiri dari dua juta nefron dan berjuta-juta pembuluh
darah kecil yang disebut kapiler. Kapiler ini berfungsi sebagai saringan darah.
Bahan yang tidak berguna bagi tubuh akan dibuang ke urin atau kencing. Ginjal
bekerja 24 jam sehari untuk membersihkan darah dari racun yang masuk ke dan
yang dibentuk oleh tubuh.
Bila ada nefropati atau kerusakan
ginjal, racun tidak dapat dikeluarkan, sedangkan protein yang seharusnya
dipertahankan ginjal bocor ke luar. Semakin lamaseseorang terkena diabetes dan
makin lama terkena tekanan darah tinggi, maka penderita makin mudah mengalami
kerusakan ginjal. Gangguan ginjal pada penderita diabetes juga
terkait dengan neuropathy atau kerusakan saraf.
3). Kerusakan mata (Retinopathy)
Penyakit diabetes bisa merusak mata
penderitanya dan menjadi penyebab utama kebutaan. Ada tiga penyakit utama pada
mata yang disebabkan oleh diabetes, yaitu:
a. retinopati, retina mendapatkn
makanan dari banyak pembuluh darah kapiler yang sangat kecil. Glukosa darah
yang tinggi bisa merusak pembuluh darah retina.
b. katarak, lensa yang biasanya
jernih bening dan transparan menjadi keruh sehingga menghambat masuknya sinar
dan makin diperparah dengan adanya glukosa darah yang tinggi.
c. glaukoma, terjadi peningkatan
tekanan dalam bola matasehingg merusak saraf mata.
4). Penyakit jantung
Diabetes merusak dinding pembuluh darah yang menyebabkan penumpukan
lemak di dinding yang rusak dan menyempitkan pembuluh darah. Akibatnya suplai
darah ke otot jantung berkurang dan tekanan darah meningkat, sehingga kematian
mendadak bisa terjadi.
5). Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi jarang menimbulkan keluhan yang
dramatis seperti kerusakan mata atau kerusakan ginjal. Namun, harus diingat
hipertensi dapat memicu terjadinya serangan jantung, retinopati, kerusakan
ginjal, atau stroke. Risiko serangan jantung dan stroke menjadi dua kali lipat
apabila penderita diabetes juga terkena hipertensi.
6). Penyakit pembuluh darah perifer
Kerusakan pembuluh darah di perifer atau di tangan dan kaki, yang
dinamakan Peripheral Vascular Disease (PVD), dapat terjadi
lebih dini dan prosesnya lebih cepat pada penderita diabetes daripada orang
yang tidak mendertita diabetes. Denyut pembuluh darah di kaki terasa lemah atau
tidak terasa sama sekali. Bila diabetes berlangsung selama 10 tahun lebih,
sepertiga pria dan wanita dapat mengalami kelainan ini. Dan apabila ditemukan
PVD disamping diikuti gangguan saraf atau neuropati dan infeksi atau luka yang
sukar sembuh, pasien biasanya sudah mengalami penyempitan pada pembuluh darah
jantung.
7). Gangguan pada hati
Banyak orang beranggapan bahwa bila penderita diabetes tidak makan gula
bisa bisa mengalami kerusakan hati. Anggapan ini keliru, hati bisa terganggu
akibat penyakit diabetes itu sendiri. Dibandingkan orang yang tidak menderita
diabetes, penderita diabetes lebih mudah terserang infeksi virus hepatitis B
atau hepatitis C. Oleh karena itu, penderita diabetes harus menjauhi orang yang
sakit hepatitis karenamudah tertular dan memerlukan vaksinasi untuk pencegahan
hepatitis.
Hepatitis kronis dan sirosis hati (liver
cirrhosis) juga mudah terjadi karena infeksi tau radang hati yang lama atau
berulang. Gangguan hati yang sering ditemukan pada penderita diabetes adalah
perlemakan hati atau fatty liver, biasanya (hampir 50%) pada
penderita diabetes tipe 2 dan gemuk. Kelainan ini jangan dibiarkan karena bisa
merupakan pertanda adanya penimbunan lemak di jaringan tubuh lainnya.
8). Penyakit paru-paru
Pasien diabetes lebih mudah terserang infeksi tuberkulosis paru-paru
dibandingkan orang biasa, sekalipun penderita bergizi baik dan secara
sosio-ekonomi cukup. Diabetes memperberat infeksi paru-paru, demikian pula
sakit paru-paru akan menaikkan glukosa darah.
9). Gangguan saluran makan
Gangguan saluran makan pada penderita diabetes disebabkan karena kontrol
glukosa darah yang tidak baik, serta gngguan saraf otonom yang mengenai saluran
pencernaan. Gangguan ini dimulai dari rongga mulut yang mudah terkena infeksi,
gangguan rasa pengecapan sehingga mengurangi nafsu makan, sampai pada akar gigi
yang mudah terserang infeksi, dan gigi menjadi mudah tanggal serta pertumbuhan
menjadi tidak rata.
10). Infeksi
Glukosa darah yang tinggi mengganggu fungsi kekebalan tubuh dalam
menghadapi masuknya virus atau kuman sehingga penderita diabetes mudah terkena
infeksi. Tempat yang mudah mengalami infeksi adalah mulut, gusi, paru-paru,
kulit, kaki, kandung kemih dan alat kelamin. Kadar glukosa darah yang tinggi
juga merusak sistem saraf sehingga mengurangi kepekaan penderita terhadap
adanya infeksi.
7. Patofisiologi Diabetes Mellitus Tipe II
Patofisiologi DM menurut Smeltzer and
Bare (dalam Amtria 2016) Diabetes Mellitus pada tipe II terdapat dua masalah
utama yang berhubungan dengan insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada
permukaan sel. Akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, akan terjadi
suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa didalam sel. Resistensi
insulin pada DM tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel. Dengan
demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh
jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa
dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan.
Comments
Post a Comment